TIME-LAPSE

TIME-LAPSE

MENGGUNAKAN SMART PHONE



Sebelum membaca, silahkan disimak video berikut yang saya buat bermodalkan Samsung Galaxy S3, Aplikasi time-lapse, tripod dan fitur editing di youtube video manager (menambahkan musik).

Video ini saya ambil di hari pertama panen padi di sawah khusus GMO (genetically Modified Organism) milik universitas yang berjarak sekitar 15 km dari kampus. Hingga tulisan ini saya buat, panen kami masih belum selesai, karena kami memanennya secara manual satu per satu memasukkan 1 bulir tanaman ke dalam amplop. Bayangkan, video ini saya bikin dengan "memanggang" hape kesayangan saya di bawah terik matahari musim gugur ( (sebenarnya sih suhu udara tidak terlalu panas, tapi tetap masih ada sedikit kekhawatiran pada sobat saya si samsul estri ini kalo tiba-tiba mogok) hehe. 
Baiklah.. mari kembali ke fokus, yaitu dalam kesempatan kali ini saya ingin sedikit bercerita bagaimana cara saya mengambil video ini. Oke, pertama seperti yang sudah saya sampaikan di awal tentang apa yang saya perlukan untuk mengabil video ini adalah smartphone, aplikasi dan tripod untuk smartphone. 
Sebenarnya, untuk kualitas yang lebih baik kita bisa menggunakan kamera DSLR dengan menggunakan alat yang disebut dengan intervalometer yaitu sebuah alat yang berfungsi untuk mengambil gambar secara berkala dan terjadwal seperti misalnya setiap 1 detik, 5 detik, 10 detik dan seterusnya. Tentunya dengan menggunakan DSLR dan setting kamera yang tepat  dan alat-alat lain yang mendukung kita bisa membuat video time-lapseyang spektakuler seperti misalnya video ini

Bagaimana tidak spektakuler, video tersebut di publikasikan oleh National Geographic, mengambil sekitar 40.000 foto yang kemudian dipakai sebanyak 3.500 foto untuk membuat video berdurasi 2:47 detik. "Wow, pake koprol guling guling sesuka dengkul!!!" ~maaf otak sedang error~
Entah berapa kamera yang mereka pakai, yang jelas hasilnya sulit di deskripsikan dengan kata-kata keindahan hasilnya. Entah berapa lama mereka butuh waktu untuk mengambil rangkaian-rangkain foto tersebut.
Baiklah, tinggalkan dulu yang selevel dengan National Geographic marilah kembali ke hal lebih sederhana yaitu time-lapse yang bisa kita buat menggunakan smartphone. Sebelum lebih jauh, mari mengenal sedikit tentang time-lapse photography.

Time-lapse photography saya terjemahkan dengan asal mudah menjadi: teknik dalam fotografi dimana gambar yang diambil dalam tempo tertentu yang kemudian dirangkai menjadi video dengan kecepatan tertentu misaknya 30 foto per detik (frame per second) sehingga foto-foto tadi tampak bergerak lebih cepat dibandingkan waktu yang diperlukan dalam mengambil rangkaian foto tersebut. Jadi seolah-olah video tadi adaah hasil mempercepat waktu (time lapse) karena aktivitas beberapa jam atau beberapa hari tersaji dalam beberapa detik/menit video. 

Apa bedanya dengan merekam video kemudian memutarnya lebih cepat?
Perbedaan disini terletak pada sumber gambarnya, untuk merekam video dalam waktu yang panjang, maka akan diperlukan memori yang sangat besar dan daya tahan baterai yang juga besar. Misalnya kita akan merekam bagaimana bunga mekar dalam tempo 24 jam, maka jumlah memori video akan sangat besar (misalnya video resolusi 1280*720 berdurasi 30 menit produksi S3 memiliki ukuran sekitar 8 Giga). Oleh karena itu time-lapse photography biasanya digunakan dalam hal ini.

Untuk memulai time-lapse fotografi sederhana, kita harus paham beberapa hal dasar.

  1. Tentukan objek dan lihat bagaimana dia bergerak, membuat time-lapse gerakan manusia menyeberang jalanan padat atau aktivitas cepat lainnya tentu berbeda dengan bagaimana membuat time-lapse buah yang membusuk yang memerlukan waktu berhari-hari. Untuk memuat video yang gerakannya relatif cepat seperti gerakan manusia atau hewan yang cepat, maka interval pengambilan gambar memerlukan waktu yang relatif cepat seperti misalnya 1 foto per detik, atau 1 foto setiap 0.5 detik. Sedangkan untuk objek yang lebih lambat seperti gerakan awan, matahari terbit dan terbenam bisa menggunakan setting interval setiap 5 detik, 10 detik atau 20 detik. Untuk objek yang sangat lambat seperti gerakan tumbuhan, mekarnya bunga, atau konstruksi bangunan bisa menggunakan interval pengambilan foto yang jauh lebih panjang seperti setiap 5 menit, 10 menit, dan seterusnya. Untuk aplikasi yang lebih lambat ini, saya tidak merekomendasikan menggunakan smartphone, karena akan memerlukan daya tahan dan standby yang sangat lama.
  2. Setelah mengetahui objek, maka kita perlu menentukan seberapa "patah-patah" video yang akan kita hasilkan. Semakin patah-patah, maka semakin sedikit frame per detik yang diperlukan, ataupun semakin sedikit jumlah foto yang diperlukan. Berpengaruh juga terhadap interval yang akan digunakan. Jika kita ingin membuat video yang sangat lancar, maka minimal kita memerlukan video dengan 24 frame per detik, atau biasanya 30 frame per detik. 
  3. Tentukan berapa lama durasi video yang diinginkan, dengan berapa fps yang diinginkan. Dengan bantuan aplikasi yang disebut dengan time-lapse calculator, maka kita bisa memperoleh angka berapa jumlah foto yang sebaiknya diambil. 
Berikut ini adalah video lain yang saya ambil beberapa hari sebelum panen, kebetulan saya ambil dari atas gedung dimana lab saya berada. Video ini saya ambil kurang lebih selama 1 jam dengan interval setiap 2 detik, lock exposure dan rendering 30 frame per detik.




Cara membuatnya relatif sederhana, dengan bantuan aplikasi dan pengetahuan dasar mengenai time-lapse maka kita akan dengan cukup mudah mengatur setting yang sebaiknya digunakan. Awalnya mungkin cukup sulit menemukan bagaimana setting yang sesuai dengan apa yang kita harapkan, karena kondisi masing-masing lingkungan terkadang cukup berbeda. Waktu berbeda, cahaya berbeda, dan "gangguan" lainnya yang berbeda. 
Terdapat berbagai macam nama dan jenis aplikasi untuk membuat time-lapse di smartphone. Kita cukup mengetikkan kata kunci "time-lapse" maka akan muncul beberapa pilihan. Salah satu contoh nya adalah menggunakan aplikasi yang disebut dengan timelapse pro. Aplikasi ini bisa dibeli di playstore  dan apple App Store seharga $1.99. Beberapa smartphone model baru, mendukung fitur time-lapse video seperti misalnya Pantech Vega Iron. Karena saya menggunakan Samsung Galaxy S3, maka kebetulan saya membeli aplikasi time-lapse tersebut untuk membuat video panen di atas. Berikut beberapa screenshot dari aplikasi yang saya gunakan (klik gambar untuk memperbesar).
Tampilan menu utama
Halaman pengaturan
Galeri video yang dihasilkan
Contoh saat melakukan proses pengambilan gambar
Pengoperasian beberapa aplikasi cukup serupa, yaitu kita bisa mengatur berapa lama durasi pengambilan gambar yang diinginkan, kemudian jika sudah selesai berapa fps video yang ingin dihasilkan, dan berbagai fitur-fitur lain yang sementara ini tidak bisa saya jelaskan dengan detail. Fitur lain tersebut diantaranya background shooting (tetap mengambil gambar meskipun layar mati - untuk menghemat baterai), editing pemberian efek, trimming dan musik, dan berbagai fitur lain yang masing-masing aplikasi memiliki kelebihan dibandingkan yang lain.
Berikut bebeapa tips setelah saya mencoba beberapa kali merekam time-lapse
  • Gunakan tripod stabil, minimal mini tripod agar smartphone tidak bergoyang atau bergerak saat  tertiup angin.
  • Coba aplikasi atau setting camera di smarphone untuk beberapa menit untuk setting yang optimal (keseimbangan cahaya, warna, objek, dll).
  • Kunci auto exposure untuk mengambil gambar saat matahari terbenam untuk hasil yang lebih bagus dan perpindahan terang-gelap lebih terlihat.
  • Pastikan memiliki cukup baterai untuk memotret dalam interval tertentu, jika diperlukan gunakan charger atau power bank untuk tambahan atau supply lisrik saat memotret. Jangan sampai ketika belum selesai, ponsel sudah kehabisan baterai karena waktu menunggu kita akan terbuang percuma.
Sementara ini dulu yang bisa saya tulis, apabila ada perkembangan berikutnya akan saya tambahkan seiring pengalaman saya belajar membuat bebeapa time-lapse video. Sudah ada beberapa yang saya  bikin, namun belum sempat upload di youtube. Selain itu sebenarnya saya juga ingin cerita hal lain tentang proses panen ini, tapi apa daya pinggang masih belum bersahabat untuk berlama-lama duduk dan bercengkrama dengan keyboard.
~Jinju, kamar yang hangat menahan kantuk dan mengistirahatkan pinggang.

SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar